Kamis, 08 April 2010

Mengutamakan Orang Lain

Sewaktu di pondok pesantren ( ribath ), Abdul Kadir dan kawan - kawannya pernah kehabisan uang. Selama 7 hari mereka tidak bisa membeli makanan. Mereka benar-benar kelaparan. Abdul Kadir berkata kepada kawan-kawannya, "Tetaplah disini, aku akan berusaha mencari makanan diluar. Jika Allah memberiku rezeki, aku akan segera kembali"
Ia lalu keluar pondok, berusaha mecari rezeki dari suatu tempat ke tempat yang lain, tetapi usahanya sia-sia. Ketika berada didepan masjid, keadaannya sudah sangat lemah, kakinya hampir tak dapat lagi menopang tubuhnya.
“Lebih baik aku tidur di dalam masjid ini. Jika Allah memang mentakdirkanku meninggal, aku akan meninggal dirumah-Nya", katanya dalam hati. Ketika ia tengah berbaring menunggu ajalnya, tiba-tiba datang seorang lelaki memasuki masjid. Lelaki itu duduk, membuka bakalnya lalu makan di dekat Abdul Kadir.
“Lelaki itu tidak mengajakku makan bersama" keluh Abdul Kadir di dalam hatinya. Nafsunya ingin segera terbang menyambar makanan itu tanpa menunggu tawaran dari si lelaki. Namun, ia bertahan. Ia merasa lebih baik mati daripada makan sebelum ditawari. "Mari makan bersamaku", ajak lelaki itu tiba-tiba. Abdul Kadir merasa senang dan segera bangkit mendekati jamuan.
"Sudah delapan hari aku dinegeri ini mencari seorang anak bernama Abdul Kadir Al Jaelani. Namun, hingga hari ini aku belum menemukannya. Ibunya menitipkan kepadaku uang 8 dinar. Bekalku telah habis, maka hari ini aku mengambil satu dinar dari uang titipan itu agar dapat meneruskan pencarianku". Abdul Kadir menunggu sampai lelaki itu selesai bicara.
"Aku Abdul Kadir Al Jaelani, orang yang selama ini kamu cari, Jelasnya. "Benarkah itu ? Kamukah Abdul Kadir Al Jaelani ?" tanyanya tak percaya. " Ya, " jawab Abdul Kadir. Setelah terdiam beberapa saat, lelaki itu kemudian berkata, "Tadi kamu adalah tamuku, namun sekarang aku menjadi tamumu. "
Setelah mereka selesai makan, Abdul Kadir berkata, "Berikanlah 7 dinar sisanya kepadaku, dan simpanlah untukmu sisa dari satu dinar yang telah kamu belanjakan" Abdul Kadir segera pulang ke pondok dan menyerahkan uang itu kepada teman-temannya, "Ambil uang ini dan belanjakanlah semuanya untuk keperluan kalian. "
Perhatikanlah zuhud dan itsar yang ditunjukkan si kecil Abdul Kadir Al Jaelani. Allah memberinya rezeki 7 dinar, namun beliau tidak menyisakan sepeser pun untuk dirinya. Semuanya ia infakkan, padahal ia sangat membutuhkan.
Sumber:
http://www.annurulkassyaaf.org/